KKN -Liburan 4 SKS- (Bagian 1)





Bermula pada bulan Juli untuk menyelesaikan 4 sks wajib, mungkin perjalanan ini memang sudah dikutuk awalnya. Bagaimana tidak, diperjalanan saja sudah tidak ada yang berpuasa mengingat pada hari itu memang sudah memasuki bulan ramadhan. 4 teman sefakultas juga merangkap sahabat iblis inilah yang tanpa lelah menggodaku sehingga puasa ini menjadi batal.


Berhati-hatilah kepada ke-empat orang ini
Yah memang proses pembatalan puasa inilah sudah direncanakan dari awal. Dengan masih banyak penumpang bus yang terlambat, sehingga bus yang kami tumpangi menunggu di sekitar danau Unhas. Pucuk dicinta ulampun tiba, ada sang kekasih yang mengantar si pujaan hati menggunakan motornya tiba, sepertinya tuhan menakdirkan kami untuk tidak puasa pada waktu itu, mungkin karena musafir.  Dengan bersusah payah kami meminjam motor sang kekasih untuk membeli cemilan cepuluh di pintu 1, tapi sangat disayangkan sang sopir tiba-tiba berangkat akhirnya sang kekasih itu numpang di bus kami ini sampai di gerbang pintu 1. Beruntung ada lagi  yang datang terlambat sehingga teman kami yang mengendarai motor bisa sampai ke tempat kami.

Cuaca di mobil ini sangat berawan, sekitar 500 km jalan yang dilalui bus dengan medan yang meliuk-liuk barulah kami tiba di tanah kelahiran Aroeng Palakka. Di kecamatan Awangpone daerah penghasil Songkok to Bone. Turun dari mobil semua peserta berkumpul di depan kantor kecamatan. Alangkah terkejutnya kami dengan pemandangan ini, ternyata di kecamatan kami juga berawan cenderung menuju mati lampu. Pupuslah sudah harapan kawan-kawan yang mendambakan cuaca cerah selama di tempat ini.

“Teman-teman kumpul dulu teman-teman,” sahut sang komandan kecamatan ini yang akhirnya mendapat julukan “teman-teman” karena sering mengucapkan teman-teman ketika memanggil pemuda-pemudinya.  Si sekretaris akhirnya membacakan nama-nama yang akan menempati posko dan akhirnya tiba pada posko “Mappalo Ulaweng” dipanggillah... Helky (bukan nama samaran) dari Fakultas Ekonomi, Syukur (bukan nama samaran) dari Fakultas Sospol, Lili dari Fakultas Mipa, Isna dari Fakultas Sastra, saya dari Fakultas Hukum, Siddiq dari Fakultas Teknik, dan Arni –belakangan baru diketahui ternyata juniorku di SMA- dari Fakultas Pertanian. Jika diperhatikan lebih seksama ternyata  di kecamatan ini berkumpul orang yang kadaluarasa dalam KKN. Di posko ini saja hanya dua orang yang angkatan 2011 selebihnya angkatan 2010.

Kepala Desa memperkenalkan diri kepada kami. Beliau lalu menyuruh kami untuk segera mengangkat barang-barang kami ke mobil. Untuk segera menuju posko padahal Pak Camat dan beberapa Pak Desa dan ada sebagian teman-teman yang masuk -tidak semua yang masuk karena kantor camat tidak cukup- dalam penerimaan oleh Pak Camat. Dengan acuhnya kami meninggalkan kantor kacamatan. –mungkin Pak Desa kami tau kalo itu Cuma seremonial belaka.. entahlah-

Pak Desa kami ini bernama Hasyim dengan gelar S.S kata Beliau juga lulusan Unhas Fakultas Sospol lebih tepatnya dan perlu diingat Beliau tidak memiliki NIP. Jadi kepada kawan-kawan yang belum KKN mohon jangan pernah menanyakan NIP Kepala Desa anda, tak ada kepala Desa seorang PNS, dan hanya PNS-lah yang punya NIP sedangkan Kepala Desa hanya dipilih oleh warganya jadi bisa siapa saja.

Pak Desa kami, cenderung pendiam dan sangat santai. Sudah kawin tentunya tapi Ibu Desa jarang di rumah karena urusan bisnis. Terkadang beliau membebaskan apa saja yang ingin kami perbuat selama di desa, tapi sampai kembali ke kehidupan kampus lagi kami tidak sempat bertemu lagi dengannya karena keberangkatannya ke Malaysia..

Pemilihan Kepala Desa di tingkat Desa juga sangat sengit, politik penghancuran nama juga dimainkan lawan, sampai perang urat saraf bisa terjadi. Pemilihan kepala Desa pun hampir mirip dinasti, setelah ayah kemudian turun lalu digantikan anak dibungkus dengan kesan demokratis. Menjelang Pemilihan Kades persaingan terjadi antara Pak Sekdes, Imam Desa, dan Pak Desa. Tak tahu bagaimana akhirnya karena kami sudah lebih dahulu meninggalkan lokasi.

Setelah melewati pematang sawah dan bandara, -ururannya hanya untuk pesawat kecil saja dengan jadwal terbang setiap selasa dan jumat.- barulah kami tiba di posko. Posko ini berbentuk rumah batu. Kami segera istirahat dikarenakan perjalanan yang panjang. Sore menjelang kami bangun dengan agak kaget karena sudah banyak orang yang berada di posko kami dalam rangka buka puasa bersama. Saya kira ini pesta penyambutan untuk kami ternyata cuma rombongan Safari Ramadhan dari pihak kecamatan yang datang. Kebetulan waktunya pas dengan kedatangan kami.

Selepas itu rombongan ini menuju masjid untuk Sholat Tarwih tentunya saya, Siddiq, Syukur juga ikut. Pada saat itu kami belum akrab dengan teman perempuan kami jadi tidak tahu mereka ikut atau tidak. Tibalah saat yang ditunggu-tunggu ketika pulang dari mesjid, pemilihan Koordinator Desa dan perangkatnya.

CONVERSATION

Back
to top