KKN -Liburan 4 SKS- (Bagian 3)

Cerita sebelumnya..


Melihat kekosongan penceramah ini diadakanlah rapat posko luar biasa. Diputuskan kalau kami bertiga yang harus mengisi ceramah. Bermodal internet dan buku-buku islami dari Lili, akhirnya Siddiq yang mengisi cerama pertama kali di dusun I sekaligus perkenalan dengan warga dan Pak dusun. Malam selanjutnya giliran saya yang mengisi ceramah agama di dusun III. Setiap dusun di Desa yang kami tempati memiliki mushallah atau mesjid dikarenakan jarak antar dusun yang jauh. Entah saya lagi sial atau masyarakat di sana yang beruntung, mesjid itu sedang didatangi Imam Desa. Harga diripun dipertaruhkan, ketika mengisi ceramah sedang sang Imam berada di depan. Dengan susah payah dan terbata-bata karena seluruh ingatan seperti berserakan dan menunggu dipungut ulang, akhirnya ceramahnya saya akhiri. Hingga hari terakhir ramadhan Syukur tidak pernah mengisi ceramah dengan alasan yang beragam.

Menjelang akhir ramadhan ada satu proker lagi yang mesti diselesaikan, pelaksanaan Gema Ramadhan. Diawali dengan penunjukan ketua panitia yang dikemas dengan demokratis tapi lagi-lagi sepertinya sudah disetting terlebih dahulu oleh pihak ledies, akhirnya saya yang terpilih sebagai ketua panitianya karena mereka -4 orang- yang memilih saya sedangkan kami lelaki -3 orang- walaupun menyatukan suara memilih salah satu dari mereka, sudah pasti kalah.

Banyak persiapan yang harus dilakukan diantaranya; membungkus hadiah, membuat spanduk, dan membuat piagam penghargaan. Entah darimana kabar angin berasal sampai-sampai sertifikat lomba kecamatan harus saya juga yang buatkan nantinya. Setelah Desain jadi saya dan Siddiq harus memprintnya di posko kecamatan yang lumayan jauh dari posko kami karena harus ditanda tangani oleh Korcam. Menjelang magrib kami meninggalkan posko kecamatan, kami singgah di mesjid hanya untuk sholat magrib. Disebabkan Siddiq yang menggunakan baju timnas KKN, akhirnya kami dikenali oleh jamaah dan diajaklah kami untuk berbuka puasa lagi sebelum pergi. Padahal sebelumnya kami sudah berbuka di posko kecamatan.

Kegiatan yang dinantipun tiba, setelah acara dibuka oleh Imam Desa acara dilanjutkan dengan perkenalan. Pada saat itulah kami menemukan bakat tersembunyi pada seorang anak, ucu’ begitulah seisi desa sering memanggilnya. Dialah satu-satunya anak yang mengucapkan “halo” pada Makassar disaat semua kawan-kawan sebayanya hanya mengucapkan "halo" pada perkenalan nama kami. Dia juga pimpinan genk “Berandal-Berandal Ciliwung”, sering mengeluarkan istilah “penculas” bila kalah dalam bermain kartu. Kegiatan Gema Ramadhan ini berlangsung selama dua hari yang ditutup dengan buka puasa bersama. Sayang, Siddiq telah meninggalkan posko pada hari kedua mungkin takut bila tidak mendapatkan kapal untuk ber-Idulfitri di kampung halaman. Sangat disayangkan.


Muh. Yusuf alias Ucu' (nama sebenarnya) pemimpin genk "Brandal-brandal Ciliwung"
Siddiq, dialah pengguna motor mio yang harus distandar dua terlebih dahulu sebelum dinyalakan. Perawakannya agak hitam tapi lucu sedikit mengarah ke langkah, mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Teknik lebih tepatnya Jurusan Teknik Perkapalan. Dia berasal dari Sulawasi Tenggara dan juga  mempengaruhi orang-orang posko untuk memakai logat Papua. Akrab dengan penggunaan panggilan “jones” dan “mama yakomena”, sayang sekali mengakhiri kisahnya di posko KKN dengan buruk karena "salahpicca" mencukur kikis rambutnya agar lebih rapi tapi entah mengapa malah terlihat lebih mirip Tukul Arwana. Nasib sial ini sebenarnya mulai terbaca sejak kehilangan sendal ditiap minggunya. Meskipun begitu anak inilah yang selalu menemaniku menyanyikan Mars Unhas kapanpun dan dimanapun ketika mengendarai motor.

Kehidupan di posko sebenarnya biasa-biasa saja. Mengawali pagi dengan menyapu bagi laki-laki dan memasak bagi perempuan. Soal cuci piring, tergantung keadaan yang pasti semua sudah mendapat giliran. Kalau tidak ada kerjaan paling sering bermain uno, domino, atau kartu. Posko kami lumayan ramai didatangi anak-anak karena teman-teman yang membuat bimbingan belajar bagi anak-anak. Tapi kami paling senang bila Akbar datang ke posko kami karena masih kecil dan lucu. Akbar ini anak dari Pak Sekdes, rumahnya juga dekat dengan posko jadi dia sering berkunjung ke posko ditemani sang kakak tentunya. Sore harinya, bermain takraw dengan lapangan hasil buatan sendiri, atau bermain bola di lapangan samping bandara bersama pemuda-pemuda desa.

Belum lagi kalau malam tiba maka posko akan semakin ramai karena sebelum kami berada disanapun rumah Pak Desa sudah seperti markas bagi pemuda-pemuda. Berhubung anak Pak Desa yang ada di posko semuanya laki-laki. Anak Pak Desa yang paling tua bernama Fikar sudah kuliah semester awal di kota Bone. Yang kedua bernama Ari, masih SMP dan paling malas ke sekolah dengan alasan yang terlalu sering “terlambat bangun”. Mungkin bila dihitung dalam seminggu cuma tiga hari dia ke sekolah.  Awalnya kami kira dia pendiam tapi ternyata cerewet juga.

Selanjutnya...

CONVERSATION

Back
to top