KKN -Liburan 4 SKS- (Bagian 4)





Mandi di sungai hari 1
Ada saja kesenangan yang muncul tiap minggunya, seperti ketika mendapat ajakan dari Bule’ -orang yang pertama menyapa kami ketika di posko dan sering membantu kami terkhusus meminjami kami motor- dan kawan-kawan untuk mandi di sungai. Harus melewati kebun kelapa dan kebun ubi untuk sampai di sungai ini. Sesampainya di kebun kelapa, dengan berbaik hati Issang memanjat pohon kelapa untuk kami makan dan minum airnya.

Diantara kami semua Isnalah yang paling suka dengan kelapa. Sisanya kami simpan dulu untuk dibawah pulang ke posko. Ternyata sudah banyak warga yang mandi ketika kami sampai disungai. Saya dan Siddiq memutuskan mandi-mandi dan memanjat akar gantung yang tinggi. Tapi ada yang aneh dengan muka orang-orang, seperti memakai bedak atau lulur. Setelah bertanya baru kami mengerti orang-orang menggunakan batu yang muda hancur bila terkena air untuk dijadikan bedak atau lulur. Tentu saja kami juga mencobanya. Pulang dari sungai selepas mandi enak rasanya menikmati kelapa muda. Hal lucu terjadi ketika Siddiq makan kelapa, kepalanya dijatuhi sarang burung, mungkin bayi-bayi burung itu sudah menemukan induknya.
Mencoba memakai lulur dari batu
Satu hal yang tak terlupakan terjadi ketika mengecat batas Desa. lagi-lagi kukerjakan bersama Siddiq saja, sengaja kami tak mengajak Syukur -beruntung hari itu rapat bersama Kordes lain di posko kecamatan- karena ditakutkan akan merusak karya seni kami, lagi pula tinggal sedikit pilox yang tersisa. Sore Menjelang laparpun tiba, tak disangka ledies-ledies mendatangi kami dengan membawakan makanan. Kami memutuskan menikmati makanan itu di gubuk tengah sawah -karena memang dekat- bagaikan petani yang makan sehabis bekerja di sawah. Terima kasih dari hati kepada Lili, Isna, Arni, dan Helky, that’s special moment for me. Sebelum pulang tentu saja kami sempatkan berfoto.



Ujian iman terbesar menghampiri ketika ada hajatan perkawinan, yang otomatis akan ada elekton. Ajakan menonton pun datang dari kawan-kawan, terutama Bule’ dan Ari. Dilema hatipun muncul, pasalnya, diri ini baru saja telah melewati bulan yang suci. Karena teman posko yang sudah lelap sedang diri ini masih belum bisa tidur, saya akhirnya mengiakan ajakan itu. Awalnya lagu dan goyangan biasa saja tapi, semakin mendekati tengah malam, aliran goyangan dan musikpun berubah. Ketika itu saya melihat sang “brandal ciliwung” bersama genknya berada di atas panggung menonton goyangan dahsyat itu walaupun dari bagian pinggir saja.

Peristiwa yang tak terduga terjadi ketika salah satu biduan menduduki pundak si ucu’, sambil bergoyang dia berkata “melo'koga?” dan disertai tawa ucu' pun menjawab “cianaaa”. Perlu diketahui hajatan perkawinan ini antara anak Imam Desa dengan salah seorang warga dusun II. Elektonnya juga berlangsung selama dua hari, yang pertama di rumah si wanita dan kedua di rumah si pria. karena yang kedua bertempat di halaman rumah Imam Desa, goyangan dan pakaian agak jauh berbeda dengan malam pertama. Tapi tenang, kali ini saya tak sendiri lagi, pada malam itulah saya dan Siddiq tersugesti sebuah lagu bergenre dangdut, dinyanyikan bersama kawan-kawan pemuda desa. Judulnya cukup unik, “Ditangkap Polisi”

Sudah berulang kali abang katakan
Jangan bermain cinta sama preman
Nanti ade’ bisa sakit hati
Sakit sakit sungguh sakit
reff:
kalau abang ditangkap polisi, sudikah adek jenguk abang
kalau abang ditembak mati, sudikah adek gantung diri
mohon kepada yang kuasa semoga besok sidang bebas
abis bebas mabok lagi
abis mabok rampok lagi

Selanjutnya...

CONVERSATION

Back
to top