Mencari Medium


Kerumunan ini bermula pada sebuah ruang berukuran 3x4 meter di awal bulan September tahun 2015. Dua orang sahabat, Aman, orang-orang menjulukinya "pemuda berbahaya" entah mengapa, dan Kak Pardi, rambut gondrong membuat penampilannya 11-12 dengan vokalis band payung teduh. Keduanya ingin mengadakan kelas jurnalistik bagi siswa SMA di Kabupaten Maros. Saya pun mengiyakan untuk ikut dalam kegiatan yang akan digarap ini. Kegiatan dengan komunitas sebagai basisnya, Komunitas Sahabat Alam (Kosalam). Seorang yang terakhir bergabung adalah Abot, buff sudah seperti bagian dari kepalanya.

Kelas Menulis untuk pemuda kampung
Pelatihan ini dibuat untuk menjaring pemuda agar lebih mengenal kampung masing-masing, mengetahui potensi-potensi yang ada di kampung mereka, lalu bersama-sama mengembangkan dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada di kampung secara bersama-sama. Yang pertama kami coba melalui pelatihan jurnalistik, output yang diharapkan dari pelatihan ini para alumni nantinya mengeksplor hal apa saja di kampungnya melalui media alternatif, terbitan secara berkala baik online maupun cetak. Terasa kurang mewadahi bagi 14 kecamatan bila dilaksanakan hanya sekali saja dengan peserta yang dibatasi -hal ini karena pertimbangan ketersampaian materi-. Dibagilah menjadi empat wilayah dengan pelaksanaan sekali sebulan/wilayah dengan pertimbangan ada kesibukan lain yang dikerjaan kelima pemuda ini, terlebih butuh waktu dalam pengurusan administrasi perwilayah dan hal-hal teknis lainnya.

Pelaksanaan pertama diadakan pada bulan September di Desa Salenrang, Rammang-Rammang, dengan peserta 18 peserta. Masalah yang kami hadapi yakni timpangnya keterwakilan tiap sekolah, baik dari segi jumlah maupun jenis kelamin, hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk kegiatan selanjutnya. Dalam kegiatan pendidikan organisasi/komunitas sering kali bermasalah pada followup kegiatan. Hal ini pun kami alami juga, jarak sekolah yang berjauhan ditambah lagi peserta dari pesantren sulit diizinkan keluar mengakibatkan sulitnya peserta untuk dipertemukan. Alternatif lain pernah dicoba melalui media sosial maupun mengumpul tulisan melalui email, tapi tidak berjalan secara maksimal. Hal ini berdampak pada pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Seleksi alam pun terjadi diantara kami, Abot harus pamit untuk berjuang di kampung asalnya. Pelaksanaan kegiatan Jurnalistik selanjutnya menjadi terbengkalai karena kurangnya personil. Pertemuan diakhir bulan Oktober, menyadarkan kami untuk meningkatkan kapasitas masing-masing dalam mengelola pembelajaran di dalam komunitas. Diadakanlah pendidikan pengorganisasian komunitas pada bulan November. Dengan harapan kerja komunitas lebih rapi dan terencana.

1 Januari 2016, diadakanlah pertemuan setelah lama terbengkalai. Pertemuan itu dihadiri beberapa pemuda yang diharapkan bisa bergabung dalam komunitas. Setelah membuka pertemuan, Kak Hasan mengawalinya dengan pertanyaan “sebenarnya apa mimpi dari komunitas ini?” Pertanyaan tersebut menjadi pemantik dialog yang berkepanjangan, satu persatu peserta-pertemuan mengutarakan pandangannya masing-masing. Kesimpulan yang terlahir adalah sebuah kesamaan tujuan, yaitu kesejahteraan bersama yang selaras dengan alam. Bersandar pada mimpi tersebut, komunitas bersepakat untuk menjalankan beberapa agenda strategis diantaranya, kelas menulis, pendidikan dasar koperasi, dan pendidikan pertanian organik. Agenda tersebut menekankan pada upaya penguatan anggota komunitas melalui pendidikan terorganisir oleh orang-orang yang tergabung di dalam komunitas itu sendiri. 

Intinya, Kosalam hadir dilandasi atas semangat belajar. Harapannya, Kosalam dapat menjadi media bagi pemuda antar kampung di Kabupaten Maros dan sekitarnya untuk berorganisasi guna mengembangkan potensi diri. Pengembangan potensi diri bermuara pada kesadaran kritis untuk bekerja dan bergerak bersama rakyat. Terakhir, gerakan yang diharapkan tentulah gerakan yang berujung pada kesejahteraan bersama, kesejahteraan berkat kerjasama antara manusia dan alam. Nilai itu termuat dalam semangat: Belajar, Bergerak, dan Bergembira bersama.

Tak pantang arah, kami mencari medium baru melalui kelas menulis kepada pemuda kampung. Pertemuan pun berlangsung tiap minggunya, dengan biaya secara swadaya. Para peserta bersepakat untuk menjalankan iuran mingguan, yang dimulai pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan ini berjalan sampai empat kali. Masih teringat dalam ingatan, kelas menulis dengan peserta terbanyak ketika diadakan di rammang-rammang. Mungkin karena faktor tempat. Sepertinya kawan-kawan lebih berminat melepas rasa penasaran terhadap tempat ini. Terbukti, setelah pertemuan itu jumlah peserta paling banyak lima sampai enam orang saja. Seperti halnya diskusi-diskusi yang diawali atau diakhiri dengan pertunjukan musik. Sangat sepi ketika diskusi berlangsung, tapi entah mengapa ketika musik mulai terdengar orang-orang berdatangan dengan cepatnya. Pernah juga kami merubah metode pembelajaran dengan fokus pada satu tempat saja, tetapi kemalasan peserta dalam mengerjakan tugas membuatnya semakin berat. Alhasil hanya bertahan dipertemuan ke dua. 

Titik balik terjadi ketika beberapa kawan mengikuti wokshop koperasi di Makassar. Merasa terilhami, Kak Hasan dan beberapa kawan bersemangat membentuknya. Awalnya terasa berat karena persyaratan dalam membentuk koperasi tidak mudah. 30 Januari 2016 dengan susunan pengurus dan pengawas sementara kami membentuk Koperasi Sahabat Alam dengan tugas pokok yakni menambah jumlah anggota dan menyelesaikan persyaratan administratif lainnya untuk didaftarkan pada dinas terkait. Adapun kesepakatan lainnya yakni iuran pokok sebesar Rp. 200.000 itupun dapat dicicil empat kali dan iuran wajib sebesar Rp. 25.000/bulan, mulai diberlakukan bulan untuk bulan depan. Berhasil memiliki akta notaris pada tanggal 2 April 2016 dengan biaya yang ditanggung oleh Kak Hasan sebagai simpanan sukarela karena saat itu tabungan koperasi belum mencukupi, 5 April 2016 akhirnya Koperasi Sahabat Alam secara resmi terdaftar pada dinas terkait, Kak Hasan sebagai Dewan Pengawas sebagai pertanggungjawaban atas semangatnya, sedang posisi Ketua Koperasi diisi oleh Coli', pemuda dengan rambut ikal gondrong . Saya masih meyakini dalam hati, Kepala Bagian Koperasi Kab. Maros pasti bertanya-tanya di dalam hati mengapa kami menjadikannya sebagai ketua.


Workshop manajemen koperasi oleh Dinas Koperasi Kab. Maros

Guna menunjang kerja-kerja koperasi dibuatlah unit-unit usaha, diantaranya unit jasa penjualan pulsa dan unit simpan pinjam. Kami juga mencoba mengelola Warung Kopi (Warkop) setelah peresmian pada 15 april, beberapa bulan setelahnya harus kami hentikan karena beberapa hal. Diusia yang sudah mencapai satu tahun, Koperasi Sahabat Alam sudah memiliki 23 anggota dengan total simpanan koperasi menurut bendahara sudah mencapai delapan juta rupiah¹.
 
Upgrade kemampuan peserta juga diberikan melalui pendidikan-pendidikan, salah satunya workshop pertanian alami dengan output membuat Pupuk Organik Cair (POC) dan mikroba alami. Beberapa peserta sudah berhasil mempraktekkannya ditempat masing-masing. Bahkan telah mencicipi sayuran hasil penggunaan POC pada tanaman bersama komunitas taninya. 

Membahas koperasi mengingatkan saya dengan jumlah tunggakan simpanan wajib yang belum terselesaikan. Inilah medium terakhir kami dalam menjaring pemuda(i) dengan upaya menyelesaikan kontradiksi pokok anggotanya. Panjang umur Koperasi Sahabat Alam



*tulisan ini dibuat menyambut satu tahun Koperasi Sahabat Alam

Kegiatan Koperasi Sahabat Alam yang lain dapat dilihat di sini

  --------

¹ wawancara dengan bendahara koperasi tanggal 22 Februari 2017

CONVERSATION

Back
to top