Tentang Rumah



Ilustrasi Rumah
Rumah itu dibeli tahun 1985 dari PT. Timurama, pengembang perumahan yang mashur dimasanya. Rumah tipe 36 dengan  dua kamar. Pembiayaan perumahan telah bekerja sama dengan salah satu bank pemerintah, oleh karenanya perumahan itu diawali oleh nama Bank tersebut, BTN. Kala itu baru tiga penghuni yang menempati Blok pertama perumahan yang berbatasan dengan Kab. Gowa. Juga belum ada fasilitas ibadah yang dibangun di daerah tersebut mengingat penghuninya yang masih sedikit, bahkan yang tersedia masih tiga blok saja, sedang daerah sekitar masih berupa persawahan.

Tahun 1993 anak-anak sang pemilik rumah sudah berjumlah tiga orang, besar rumah sudah dianggap tidak mencukupi lagi. Sang pemilik rumah memutuskan untuk merenovasi rumah tersebut di tahun 1995 berhubung karena faktor ekonomi yang sedang baik-baiknya bisa dibilang berbanding lurus dengan pertambahan keluarga. Rumah yang awalnya hanya setingkat diubah menjadi bertingkat. Kamar-kamar yang dibuat untuk setiap anggota keluarga, sang pemilik, masing-masing anak mendapat sebuah kamar meski sepuluh tahun kemudian baru akan ditempati mengingat anak-anaknya masih berumur satu hingga tiga tahun. Tak lupa sebuah kamar tamu bila sewaktu-waktu ada keluarga yang berkunjung.

Rumah itu menjadi tempat bagi keluarga yang datang dari kampung, entah untuk sementara atau untuk bersekolah di kota ini. Orang tua pemilik rumah sangat menyukai bila ada keluarga yang ikut tinggal di rumah ini mengingat sang pemilik rumah belum mempunyai anak saat itu. Penghuni kamar tamu pun silih berganti yang telah sarana digantikan dengan keluarga yang baru melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi seiring berjalannya waktu, keluarga yang melanjutkan pendidikan saat ini, mulai melirik kos-kosan yang tersedia. Entah karena lebih merasa bebas atau jaraknya yang lebih dekat dengan kampus.

Kendaraan yang ingin menuju perumahan ini melewati jalan yang namanya diilhami dari jumlah pohon -bahan minuman tradisional- yang berbaris rapi di ujung jalan. Dahulu pintu masuk menuju perumahan itu hanya satu, harus melalui jalan yang dinamai dengan nama ulama penyebar agama islam di kerajaan Gowa. Hanya ada lorong-lorong kecil sebagai jalan tikus bagi pejalan kaki agar tak memutar lebih jauh. Tahun 1997 dibuatlah pintu masuk perumahan yang kedua. Mungkin saja agar para penghuni perumahan tak jauh memutar kendaraannya. Proses pembuatan pintu masuk ini memakan korban, satu rumah harus diratakan. Tentu saja penghancuran rumah itu sudah melalui proses pembicaraan dengan pemilik rumah, pihak pengembang menggantikannya dengan rumah baru tak jauh dari tempat sebelumnya.

Perubahan terakhir pada rumah itu dilakukan pada tahun 2013. Bisa dibilang perubahan secara besar-besaran. Mulai dari atap yang sebelumnya genteng menjadi spandek dikarenakan kebocoran yang terjadi tiap musim hujan tiba. Dinding pada ruang tamu tak luput dari perubahan, dinding yang awalnya hanya tembok akhirnya diberi keramik setinggi 1.5 meter. Kata pemilik rumah, hal itu untuk menutupi bagian bawah dinding yang mulai retak-retak dan mengelupas, suatu ciri khas rumah perumahan yang agaknya perbandingan bahan campuran jauh dari proporsinya. Perubahan juga terjadi pada bagian teras rumah itu. Pagar rumah ditinggikan setengah meter, bukan karena sang pemilik yang malas bergaul dengan para tetangga, tapi lebih karena alasan keamanan mengingat rumah-rumah sekitarnya sering kali kecurian. Hal itu terjadi karena akses  ke perumahan itu terbuka. Tidak seperti perumahan lain yang dijaga oleh satpam disetiap pintu gerbangnya, tapi untuk menyapa tetangga merupakan fenomena langkah padahal rumah-rumah dibuat tanpa pagar. 

Pada bagian tembok rumah itu juga diberi keramik, tapi berbeda dengan ruang tamu karena seluruh dindingnya diberi keramik. Sang pemilik beralasan agar lebih hemat anggaran karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk mengecat tiap tahunnya. Kedua, anak-anak sang pemilik rumah mulai malas untuk mengecatnya karena kesibukan masing-masing. Padahal ini sudah seperti ritual tahunan menjelang hari raya Idul Fitri atau hari Kemerdekaan tiba.

Rumah-rumah di sekitar mulai berganti pemilik, ada yang dikontrakkan, ada pula yang dijual. Sang pemilik masih setia dengan rumahnya. Rumah dengan sekumpulan tanaman yang tumbuh subur di depan rumahnya. Tanaman yang dipetik buahnya oleh pemilik rumah atau tetangganya. Hanya beberapa rumah saja yang menumbuhkan tanaman di depan rumahnya. Bila dihitung dengan satu tangan, sisa jari tanganpun masih berlebih. 

Rumah dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tempat kembali mengenang setiap cerita di dalamnya.

CONVERSATION

Back
to top