LAF, Bagaimana petani pemula panen kemudian tergusur

Mungkin saya harus berterima kasih kepada Pak Mustari -satpam yang bertugas di gedung baruga-, tanpa beliau “leppas” tidak akan muncul dalam benak kawan-kawanku.

Sejak pertama kali menghuni salah satu ruangan di gedung Lembaga Penerbitan Unhas (Lephas), Saya menyadari setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan pada halaman belakang gedung ini. Pertama, sebagai tempat menumpuk sampah untuk dibakar diakhir pekan. Kedua, Sekedar menunggu Hendri menjatuhkan buah mangga yang dia petik. Terakhir, memandang barisan nisan yang menunggu penghuni baru dengan harapan “hidayah” itu datang.
Logo Leppas Awesome Farmer @leppasawesomefarmer

Kegiatan bertani baru dimulai pada akhir bulan Oktober 2016, bersama Atir, Maula, dan Hendri. Membawa alat masing-masing, mulailah kami membersihkan lahan garapan. Dari semak belukar, sampah plastik, beling, pecahan genting, paku, hingga batako kami temukan dalam pembersihan yang berlangsung selama seminggu itu. Sebenarnya sudah lama kami ingin memanfaatkan lahan tersebut. Namun, seorang kawan yang agak parno melarang, takut kami akan menemukan tulang belulang jika menggali di sana. Lahan tersebut memang berbatasan dengan kuburan, hanya dipisahkan dengan barisan pohon yang diberi kawat duri. Membuat bedengan pun tidaklah mudah, bermodal cangkul pinjaman dari sesama komunitas tani dan mulai mencangkul hingga sore hari, kami hanya bisa membuat empat bedengan.

Awal mula menggarap lahan. Foto oleh Atir
 
Untunglah pohon mangga di belakang gedung saat itu sedang berbuah sehingga tak perlu mengeluarkan banyak biaya bila kami merasa lapar. Cukup membeli sepotong gula merah, kacang, dan sedikit lombok, serta tak ketinggalan tenaga Hendri, kami sudah bisa memakan rujak mangga sebagai cemilan dalam menggarap lahan. Peran Hendri sangat vital dalam kerja-kerja kami yang membutuhkan tenaga lebih, terutama dalam hal memanjat. Sayang, saya tak pernah melihatnya menggandeng sesosok wanita mengunjungi lahan kami untuk memamerkan skillnya dalam memanjat pohon. Mungkin dia perlu belajar pada Atir yang menurut kabar angin -Enal-, dia pernah membawa seorang gadis mengunjungi kebun kami.

Rangkaian kegiatan yang tak boleh terlewatkan, makan Rujak Mangga

Kunjungan ke petani-petani urban kenalan juga kami lakukan, bertanya mengenai cara menyemai, pembuatan kompos dan pestisida alami hingga pupuk cair. Bibit kacang panjang dan bayam pemberian Patri merupakan modal awal kami dalam bertani. Selain itu, kami juga mendapatkan bibit jagung putih dari Cuna dan Kak Ado’. Sisanya kami mengumpulkan uang untuk membeli bibit lombok, tomat dan sawi. Saya tak bisa mengingat siapa yang menaruh bibit pertama sebagai tanda peresmian kebun kami. Seminggu setelah penanaman, hanya kacang panjang dan bayam yang menunjukkan pertumbuhan, sisanya gagal. Serangan belalang juga turut memperparah kondisi tanaman. Mengevaluasi cara bertani harus dilakukan, bermodalkan paket data kami mulai berselancar bersama google. Menghubungi kenalan yang expert dibidang pertanian juga dilakukan. Mulai dari campuran media tanam, cara penyemaian tanaman, bahan-bahan yang bisa kami gunakan sebagai pestisida, hingga ukuran bedengan berhasil kami dapatkan.

Bermodal slide pelatihan pertanian alami yang pernah saya ikuti, kami membuat nutrisi tanaman. Semuanya berjumlah empat nutrisi dengan fungsi yang berbeda-beda. Nutrisi tersebut baru bisa digunakan setelah disimpan selama tujuh hari. Sambil menunggu, mula-mula kami membersihkan rumput-rumput di sekitaran kebun, menambah lebar bedengan, dan membuat tempat penyemaian yang tertutup, serta menanam ulang bibit tomat, lombok, kangkung dan sawi. Pernah juga rombongan sapi memasuki kebun, memakan dan menginjak sebagian tanaman. Sebenarnya peringatan mengenai sapi mencari rumput di belakang gedung sudah sering disampaikan oleh pegawai Lephas. Kami hanya menanggapinya dengan membuat tiang pembatas dari batang-batang pohon. Sehari setelah serangan itu, seluruh kebun sudah dikelilingi kawan berduri.

Proses pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)

Disela-sela berkebun, kami mulai memikirkan nama untuk komunitas ini. Leppas Awesome Farmer (LAF) itulah nama komunitas kami. Seperti petani lainnya kami juga memiliki seorang penyuluh. Acil, dia menjadi tempat kami bertanya dan meminta saran. Dia jugalah yang memberitahu nutrisi buatan kami itu dinamakan Pupuk Organik Cair (POC).

Kehadiran Elung diawal tahun menambah tenaga dalam menggarap kebun. Jumlah bedengan bertambah dan tanaman kebun juga semakin beragam. Alat penyiram tanaman menggantikan botol-botol bekas yang biasa digunakan. Luas area kebun bertambah pesat. Tampilan kebun semakin indah saat bunga-bunga yang ditanam oleh Hendri mulai mengeluarkan warna beragam. Kiranya kawan-kawan yang mengenalnya dapat menduga dari mana dia mendapatkan tanaman tersebut. Pengunjung kebun juga semakin banyak, mulai dari pegawai Lephas hingga kawan-kawan yang menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) WR III. Salah satunya yakni Udi, bisa dibilang dia pengunjung tetap kebun. Entah mengapa. Semoga bukan bagian dari modus agar bisa ikut memesan baju bila kami membuatnya.

Salah satu pengunjung kami, Kontinum

Hasil dari kebun ini sudah sering kami manfaatkan. Masing-masing dari kami membawahnya pulang ke rumah untuk dijadikan sayur atau sekedar bahan pelengkap mie instan. Kami juga sering menyelenggarakan makan bersama kawan-kawan lain. Sebagian bahannya diambil dari kebun, sisanya kami bawa dari rumah atau beli karena tidak menanamnya di kebun. 

14 Februari malam itu terasa spesial, kami memakan mie instan dengan campuran sawi dari kebun. Memakannya bersama yang lain, bagaikan tujuan awal kebun telah tercapai. Menanam sayuran agar kawan-kawan di sekretariat tidak hanya memakan mie instan saja, setidaknya sedikit bergizi sekaligus memanfaatkan lahan tak terurus. Entah itu suatu petanda. Malam itu adalah terakhir kalinya bagi kami menikmati hasil kebun di ruangan itu.

Atas nama pembangunan, kami harus melihat tempat berproses itu dirubuhkan. Beberapa hari setelahnya, alat berat meratakan kebun kami. Beruntung beberapa alat berkebun berhasil kami amankan. Beberapa tanaman diselamatkan oleh Maula dan Hendri. Selagi masih mencari lahan baru, kami berkebun di tempat masing-masing berbekal pengalaman di Leppas. Seperti tagline-nya "Menanam Penghidupan, Merawat Kehidupan".







Sebuah kiriman dibagikan oleh LeppasAwesomeFarmer (@leppasawesomefarmer) pada

CONVERSATION

Back
to top