Hikayat Kampung (Kini)

Kami pernah berpeluh dan cemas
Melangkah bergegas di ujung pagi
Mencari ruang bernafas di jalan pintas
Namun lekas di persimpangan maut menanti

Berkerejap mata setelah tempurung pecah
Limbung muntah segenap yang ditahan
Sekian masa malang dirundung gundah
Kampung musnah menjelma lautan

Kini kenduri digelar sekujur penjuru
Menggantangan deru nafas busung di dada
Kuncup harap kian mekar merimbun perdu
Denging peluru agar enyah dari telinga

Berapa banyak rusuh, berapa banyak gaduh
Rebah tubuh menyangga rindu kampung
Hasrat masih penuh, apa daya wajah tinggal separuh
Darah pelub jadi kenangan lahan bersabung

Siapa simpan kini kami punya ingatan
Bertukar lembaran selekas gumam mantra
Belulang nancap nun di ngarai perbukitan
Kabur perlahan berganti riuh tetabuh genta

Gempita kampung mengglar hajat
Desah umpat di sela riuh akad rujuk
Berapa punah, berapa sekarat
Ah, letih penat musnah dibelai peluk

Perjamuan yang megah segera usai
Dua mempelai mengusung keranda
Terhumbalang dalam uap candu membadai
Langkah gontai sisa mabuk ujung pesta

ulee kareng, 2007

sajak dari Reza Idria
Diambil dari terbitan kompas, 22 juli 2007

CONVERSATION

Back
to top